RSS

Unsur-unsur dan Struktur Drama

Unsur-unsur dan Struktur Drama – Assalamu ‘alaikum... Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang bertujuan untuk menggambarkan kehidupan manusia dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakon dan dialog. Drama merupakan cerminan kehidupan manusia yang dituangkan secara langsung dalam dialog-dialog antar tokohnya. Drama memiliki unsur-unsur yang membangun dari dalam maupun yang mempengaruhi dari luar. Sebuah drama yang akan dipentaskan harus dibuat dulu naskah atau teksnya secara sistematik agar tiap babak maupun adegan bisa dikontrol dengan baik dan tepat. Teks drama atau naskah drama yang disusun harus memperhatikan struktur dan mengandung unsur-unsur sebuah drama. Berikut ini mari kita simak penjelannya.

1. Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama

2. Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir

3. Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran

4. Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Watak protagonis adalah watak (periku) baik yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : penyabar, kasih sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Sedangkan watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan sebagainya

5. Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita drama

6. Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh drama.


Struktur Drama

1. PROLOG

Prolog merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluan dalam sebuah drama atau sandiwara. Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita (dalang) untuk menjelaskan gambaran para pemain, gambaran latar, dan sebagainya.

2. DIALOG

Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokohtokoh drama yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan cara manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.

Di dalam dialog  tersaji urutan peristiwa rang dimulai dengan, orientasi, komplikasi, sampai dengan resolusi.

a. Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang sudah atau sedang terjadi.

b. Komplikasi, berisi rentang konflik-konflik dan Pengembangannya: gangguan-gangguan, halanganhalangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada bagian ini pula dagat diketahui watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).

c. Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama, berupa babak akhir cerita yang menggambarkan penyelesaian atas konflik-konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian sebelumnva.

3. EPILOG

Epilog adalah bagian terakhir dan sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh salah seorang aktor atau dalang pada akhir cerita.

Demikian penjelasan unsur dan struktur drama dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat, mohon maaf kalau masih ada kekurangannya. Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog ini dan jadi follower setia kami. Thanks 4 atensinya.

 

 

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

UNSUR UNSUR PUISI

 UNSUR UNSUR PUISI – Puisi merupakan karya sastra yang terdiri atas beberapa baris yang mengandung pertalian makna dan membentuk bait. Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur, bermakna konotatif, bersifat simetris, bahasa yang digunakan puisi lebih padat daripada prosa dan drama. Sebuah puisi mempunyai untur-unsur yang membangun dari dalam maupun dari luar, yaitu Struktur Dalam (Lapis Batin / Deep Structure) dan Struktur Luar (Lapis Fisik / Surface Structure). Berikut ini mari kita simak penjelasan lengkapnya.

Unsur-Unsur Puisi atau Struktur Puisi

 

A. Struktur Dalam ( Lapis Batin / Deep Structure )

Struktur dalam puisi merupakan unsur yang membangun puisi dari dalam berupa makna yang tidak terlihat oleh mata, terdiri atas tema, amanat, perasaan, nada dan suasana

1. Tema

Tema adalah gagasan utama yang terkandung dalam puisi atau makna yang ingin disampaikan oleh penulis.

2. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis pada pembaca..

3. Perasaan

Perasaan adalah sesuatu hal yang dilatarbelakangi oleh riwayat hidup penyair, misalnya agama, pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman sosial, dan sebagainya.

4. Nada dan suasana

Nada dan suasana adalah sikap penyair terhadap pembacanya, yang berkaitan dengan makna dan rasa. Dari nada yang terdengar, pembaca dapat menyimpulkan sikap penulis sedang mendikte, menggurui, memandang rendah, atau sikap lainnya.

B. Struktur Luar (Lapis Fisik / Surface Structure )

Struktur luar puisi adalah  unsur puisi yang bisa dilihat dan diamati secara langsung dengan mata. Struktur ini terdiri dari diksi, citraan/imaji, majas, kata konkret, tipografi dan rima.

1. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata oleh seorang penyair untuk mendapatkan efek yang sesuai dengan keinginannnya. Pemilihan diksi pada puisi sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan penyair.

2. Rima

Rima adalah perulangan bunyi di akhir baris.

3. Irama

Irama adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Irama disebut juga paduan bunyi yang biasa digunakan dalam proses musikalisasi puisi.

4. Kata Konkret

Kata Konkret adalah susunan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Contohnya, ‘permata senja’ menggambarkan pantai, atau tempat yang sesuai dengan datangnya senja.

5. Majas atau Gaya Bahasa

Majas adalah pemakaian bahasa dengan cara melukiskan sesuatu dengan konotasi khusus sehingga arti sebuah kata bisa mempunyai banyak makna.

6. Citraan / Imaji

Imaji atau Citraan adalah gambaran angan yang berkaitan dengan indera manusia sehingga para pendengar/pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan atau mengalami hal-hal yang terkandung dalam puisi. Citraan ada enam macam, yaitu citraan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, perabaan dan pergerakan.

7. Tipografi

Tipografi adalah bentuk format suatu puisi, seperti pengaturan baris, batas tepi kertas kanan, kiri, atas, bawah, jenis huruf yang digunakan. Unsur ini berpengaruh pada pemaknaan dari isi puisi itu sendiri.

Coba kita perhatikan contoh puisi karya siswi berikut ini.




 Dari ketiga puisi di atas coba amati dengan seksama, struktur luar apakah yang dominan? Struktur rima, majas ataukah kata konkret?

Demikian penjelasan macam-macam struktur puisi dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat, mohon maaf kalau masih ada kekurangannya. Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog ini dan jadi follower setia kami. Thanks 4 atensinya.

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Macam-macam Kata Penghubung

 Macam-macam Kata Penghubung - Konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang menghubungkan antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat. Konjungsi biasa disebut juga dengan kata penghubung atau kata sambung. 

Jenis-jenis Konjungsi dan Contohnya

A. Konjungsi Intra Kalimat (Antar Klausa)

Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan klausa induk dan klausa anak. Biasanya, konjungsi terdapat pada bagian tengah kalimat. Jenis kata hubung yang digunakan dalam konjungsi intra kalimat adalah:

1. Konjungsi Koordinatif 

Konjungsi koordinatif berfungsi menghubungkan dua atau lebih klausa yang memiliki derajat. Pada konjungsi koordinatif, kata hubung yang digunakan mirip seperti konjungsi korelatif. Namun, penggunaan konjungsi koordinatif terdapat pada klausa sederhana. Contoh konjungsi koordinatif:

• … dan …

• … tetapi … 

• … atau … . 

• Dan: Ibu memasak nasi dan menggendong adik.

• Tetapi: Anita menggunakan baju merah tetapi sahabatnya memakai baju putih.

• Melainkan: Ayah bukan bermaksud membela kakak melainkan membela adiknya.

2. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi Subordinatif menghubungkan dua klausa atau lebih dengan status berbeda derajat. 

• Sejak: Sinta menjadi murung sejak ditinggal kucingnya ke desa.

• Setelah: Adik membereskan mainan setelah digunakan bersama teman.

• Karena: Dina tidak jadi mengunjungi neneknya karena cuaca mendung.

• Jika: Pak guru tidak akan memberikan nilai bagus jika ada murid yang mencontek.

B. Konjungsi Antar Kalimat

Pada konjungsi antar kalimat, digunakan kata hubung untuk menggabungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Biasanya konjungsi tersebut dipakai untuk menunjukkan adanya perbedaan arti atau perbedaan makna. Konjungsi antar kalimat dapat diletakkan pada bagian awal kalimat. Namun, konjungsi juga bisa diletakkan setelah tanda titik, setelah tanda tanya, atau setelah tanda seru.

Makna akibat (konsekuensi): dengan demikian, akibatnya

Makna keadaan sesungguhnya: sebenarnya, bahwasanya, sesungguhnya

Makna keadaan sebelumnya: malahan, bahkan, tidak hanya itu

Makna keadaan sesudahnya: kemudian, selanjutnya, setelah itu

Makna pertentangan: akan tetapi, sayangnya, namun

Makna kesediaan: biarpun begitu, walaupun demikian, meskipun demikian

Makna kebalikan: sebaliknya, berbeda dengan

C. Konjungsi Antar Paragraf

Konjungsi antar paragraf menghubungkan dua paragraf sehingga paragraf menjadi koheren dan sistematis. Jenis konjungsi tersebut adalah:

• terlebih lagi …

• disamping …

• oleh karena itu …

• berdasarkan …

• jadi … 

D. Konjungsi Berdasarkan Fungsi

Ditinjau dari segi fungsinya, konjungsi dapat dibagi berdasarkan pengelompokan berikut: 

1. Konjungsi Aditif (Konjungsi Gabungan)

Berfungsi untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara.

Contoh: dan, lagipula, lagi, serta

2. Konjungsi Pertentangan

Menghubungkan dua kalimat sederajat, tetapi mempertentangkan kalimat tersebut. Biasanya posisi kalimat kedua lebih penting dibandingkan kalimat pertama.

Contoh : tetapi, sebaliknya, padahal, melainkan, sedangkan, akan tetapi, namun.

3. Konjungsi Korelatif

Menghubungkan dua kalimat yang berkaitan, sehingga kalimat akan mempengaruhi atau melengkapi kalimat lainnya.

Contoh: semakin …..semakin, bertambah……bertambah, tidak hanya….tetapi juga…, sedemikian rupa…, kian….. kian, sehingga…, baik…, maupun.

4. Konjungsi Disjungtif (Konjungsi Pilihan)

Konjungsi pilihan menghubungkan dua unsur sederajat dengan tujuan memilih salah satu dari dua hal atau lebih.

Contoh: maupun, baik…baik…, atau, entah…entah…, atau….atau,

5. Konjungsi Kausalitas

Menjelaskan bahwa peristiwa yang satu terjadi akibat sebab tertentu. Setiap kalimat berperan sebagai anak kalimat atau induk kalimat.

Contoh: sebab, karena, sebab itu, dan karena itu

6. Konjungsi Waktu (Konjungsi Temporal)

Menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa.

Contoh untuk menghubungkan kalimat tidak sederajat: apabila, seraya, bilamana, hingga, sementara, sejak, selama, ketika, semenjak, bila, sambil, sebelum, sampai, demi, sedari, waktu, setelah, sesudah, tatkala

Contoh untuk menghubungkan kalimat yang sederajat: sebelumnya, sesudahnya

7. Konjungsi Final (Konjungsi Tujuan)

Menjelaskan maksud, tujuan peristiwa, atau tindakan.

Contoh: guna, untuk, supaya, agar 

8. Konjungsi Akibat (Konjungsi Konsekutif)

Menjelaskan bahwa suatu peristiwa muncul disebabkan peristiwa lainnya. Bagian peristiwa penyebab diletakkan pada bagian induk kalimat, sedangkan bagian anak kalimat menunjukkan akibat.

Contoh: sehingga, sampai, akibatnya.

9. Konjungsi Syarat (Konjungsi Kondisional)

Menjelaskan jika terjadinya suatu hal disebabkan adanya syarat-syarat yang terpenuhi.

Contoh: Jika, jikalau, apabila, kalau, asalkan, bilamana.

10. Konjungsi Perbandingan

Menghubungkan dua hal dengan membandingkannya.

Contoh: sebagai, seakan-akan, seperti, bak, bagaikan, umpama, sebagaimana, bagai, ibarat.

11. Konjungsi Tak Bersyarat

Menjelaskan jika terjadinya suatu hal tidak membutuhkan syarat tertentu.

Contoh: walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sekalipun

12. Konjungsi Penjelas (Konjungsi Penetap)

Menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan rinciannya.

Contoh: bahwa.

13. Konjungsi Pembenaran (Konjungsi Konsesif)

Menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal pada induk kalimat. Di sisi lain, konjungsi ini juga menolak hal yang lainnya pada anak kalimat. 

Contoh: walaupun, meskipun, biar, sungguhpun, biarpun, kendatipun, dan sekalipun.

14. Konjungsi Penegas (Konjungsi Intensifikasi)

Menegaskan maupun meringkas kalimat yang sebelumnya sudah disebutkan. 

Contoh: bahkan, ringkasnya, misalnya, apalagi, yaitu, yakni, umpama, akhirnya. 

15. Konjungsi Urutan

Menyatakan urutan suatu hal.

Contoh: mula-mula, lalu, dan kemudian. 

16. Konjungsi Penanda

Menunjukkan penandaan pada suatu hal.

Contoh: misalnya, umpama, contohnya.

17. Konjungsi Pembatasan

Menyatakan pembatasan terhadap sesuatu.

Contoh: kecuali, selain, asalkan. 

18. Konjungsi Situasi

Menjelaskan perbuatan yang terjadi dalam waktu tertentu.

Contoh: sedang, padahal, sedangkan, sambil.

Demikian penjelasan macam-macam kata penghubung atau konjungsi dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat, mohon maaf kalau masih ada kekurangannya. Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog ini dan jadi follower setia kami. Thanks 4 atensinya.

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jenis-jenis Pantun

 Jenis-jenis Pantun dan Contoh – Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang terikat oleh beberapa aturan yang berisi ungkapan perasaan dan pikiran yang bersifat menghibur. Pantun terikat oleh aturan jumlah baris, persajakan, sampiran dan isi. Berikut ini merupakan jenis jenis pantun dan contohnya.

 Jenis-jenis Pantun

 1. Pantun Adat 

Pantun adat merupakan sebuah pantun yang bisa dijadikan sebagai salah satu jati diri dari suatu bangsa yang berkaitan dengan ciri khas atau adat istiadatnya.

Contoh: 

Buah berangan di rumpun pinang 

Limau kasturi berdaun muda

Kalau berkenan masuklah meminang

Tanda diri beradat budaya 

2. Pantun Nasihat

Pantun nasihat memiliki isi yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan didikan. Pantun nasihat biasanya memiliki pesan-pesan bijak yang mengajak untuk berbuat baik.

Contoh: 

Jalan-jalan ke Kota Blitar

jangan lupa beli sukun

Jika kamu ingin pintar

belajarlah dengan tekun 

3. Pantun Jenaka

Pantun jenaka merupakan pantun yang dibuat untuk tujuan hiburan. terkadang pantun jenaka dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung, dan dengan pantun jenaka diharapkan suasana akan menjadi semakin riang. 

Contoh:

Duduk manis di bibir pantai

Lihat gadis, aduhai tiada dua 

Masa muda kebanyakan santai

Sudah renta sulit tertawa

 4. Pantun Teka Teki 

Ciri-ciri pantun teka-teki adalah kalimat pertanyaan pada baris akhir pantun. Pantun ini berisi teka-teki untuk para pendengarnya. 

Contoh:

Kalau tuan muda teruna

Pakai seluar dengan gayanya

Kalau tuan bijak laksana

Biji di luar apa buahnya

  5. Pantun Percintaan

Pantun cinta merupakan pantun yang isi pesannya berhubungan dengan cinta, romantisme atau asmara antara dua insan. Hingga saat ini masih banyak orang yang menggunakan pantun cinta untuk mengungkapkan cintanya.

Contoh:

Walaupun hanya sebatang tebu

Tetapi bisa diramu

Walaupun jarang ketemu

Cintaku hanya untukmu

 6. Pantun Agama

Tujuan dari pantun agama sama dengan pantun nasihat, yaitu memberikan pesan moral dan didikan. Pantun agama membahas mengenai manusia dengan pencipta-Nya. Berbeda dari pantun nasehat, pantu agama lebih spesifik isinya karena diselipkan nilai-nilai dan prinsip agama tertentu.

Contoh:

Banyak bulan perkara bulan

Tidak semulia bulan puasa

Banyak tuhan perkara tuhan

Tidak semulia Tuhan Yang Esa

 7. Pantun Peribahasa

Seperti namanya, pantun peribahasa merupakan pantun yang didalamnya terdapat kalimat peribahasa yang pada umumnya memiliki susunan tetap.

Contoh:

Berakit-rakit kita ke hulu

Berenang kita ke tepian

Bersakit-sakit kita dahulu

Bersenang-senang kemudian

8. Pantun Kiasan

Pantun kiasan berisi pantun dengan kalimat kiasan. Artinya, pesan yang ada pada pantun ini disampaikan secara tersirat.

Contoh:

Berburu ke padang datar

Dapatkan rusa belang kaki

Berguru kepalang ajar

Bagaikan bunga kembang tak jadi

  Demikian penjelasan pengertian dan contoh macam macam pantun dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat, mohon maaf kalau masih ada kekurangannya. Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog ini dan jadi follower setia kami. Thanks 4 atensinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS