RSS

CIRI CIRI S-P-O-K (Struktur Kalimat)


 CIRI CIRI S-P-O-K (Struktur Kalimat) - Kalimat adalah bagian dari tata bahasa yang relatif berdiri sendiri dan mempunyai pola intonasi final. Struktur kalimat secara umum diisi oleh unsur-unsur yang sifatnya relatif tetap. Unsur-unsur tersebut ada yang disebut subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Keempat unsur itu memiliki ciri-ciri dan fungsi yang berbeda-beda dalam kalimat. Mari kita simak ciri-ciri SPOK berikut ini!
 STRUKTUR KALIMAT 
(CIRI-CIRI SPOK)

I. SUBJEK
Subjek adalah unsur yang berfungsi sebagai pokok pembicaraan suatu kalimat. Atau biasa juga didefinisikan sebagai unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.
Ciri-ciri subjek:
a.      Berupa nomina atau frase nomina
Subjek kebanyakan berupa nomina, seperti terlihat pada contoh berikut.
(7)         Hewan berkembang biak.
(8)         Manusia merupakan makhluk tertinggi di dunia ini.
Subjek kalimat-kalimat tersebut secara berturut-turut adalah hewan dan manusia. Di samping itu, subjek juga dapat berupa frase nominal (misalnya semua hewan mamalia dan manusia yang memiliki akal budi) seperti tampak pada kalimat-kalimat berikut.
(9)         Semua hewan mamalia // melahirkan // anak.
(10)     Manusia yang mempunyai akal budi // tidak terlepas // dari kekurangan.
Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
(11)     Melukis itu // memerlukan // keterampilan.
(12)     Merokok itu // tidak baik.
(13)     Kuat itu lambang kejantanan.
(14)     Kasar itu tidak selalu jahat.

Subjek keempat kalimat itu ialah (25) melukis itu, (26) merokok itu, (27) kuat itu, dan (28) kasar itu.
b.      Menjadi inti atau pokok pikiran
Contoh:
(15)     Agung mahasiswa.
(16)     Malang dingin.
c.       Disertai kata itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Pada contoh (41, 42) subjek berupa nama orang. Karena nama orang sudah takrif, subjek yang berupa nama orang tidak disertai kata itu. Di samping nama orang, nama diri lain juga telah menyatakan takrif; misalnya nama negara, instansi, badan, kota, atau nama-nama geografi. Pronomina juga sudah takrif (misalnya, saya, kami, kita, kamu, dia). Jadi, subjek yang berupa pronomina tidak disertai kata itu, seperti contoh (45, 46). Pada contoh (43) kata perusahaan masih bersifat umum, belum takrif. Oleh karena itu, kata itu menyertai subjek yang berupa kata perusahaan tersebut.
(17)     Tulisan itu bagus.
Subjek kalimat itu ialah tulisan itu (ada penanda kata itu); tetapi pemindahan kata itu di belakang kata bagus (tulisan bagus itu) membuat semua unsur itu menjadi satu satuan yang mengisi satu unsur gramatikal kalimat, misalnya subjek, seperti terlihat di bawah ini.
(18)     Tulisan bagus itu menarik perhatian Ita.
Unsur tulisan bagus itu dapat juga mengisi objek kalimat:
(19)     Ita memperhatikan tulisan bagus itu.
Atau, mengisi predikat kalimat nominal:
(20)     Yang diperhatikan ialah tulisan bagus itu.
Demikian juga verba berenang sebagai predikat kalimat (35) setelah disertai kata itu menjadi subjek kalimat (36) berikut.
(21)     Saya // berenang.
(22)     Berenang itu // menyehatkan badan.
Bahkan verba yang diikuti nomina objek dan keterangan setelah diberi kata itu, verba itu menjadi subjek suatu kalimat, lihat contoh (37) berikut.
(23)     Memperhatikan gadis yang manis itu // mengingatkan masa-masa sekolah dulu.
Nomina yang disertai itu adalah subjek, sedangkan nomina yang tidak disertai itu sebagai predikat dalam suatu pernyataan yang kedua unsurnya sama-sama nomina.
(24)     Besi itu // benda padat. (38a) Benda padat // besi itu.
Bandingkan:
(25)     Benda padat itu // besi. (39a) Besi // benda padat itu.
Pada contoh (38) besi itu sebagai subjek dan benda padat sebagai predikat. Namun, pada contoh (39) besi menjadi predikat, sedangkan subjek kalimat itu ialah benda padat itu.
d.      Dijelaskan oleh bagian lainnya
(26)     Ardi meminjam buku Reni.
Ardi berfungsi sebagai subjek, dijelaskan oleh bagian lainnya dalam kalimat tersebut, yaitu meminjam buku Reni.
e.       Menjadi jawaban pertanyaan, dengan kata tanya “siapa” atau “apa”
Di dalam pembicaraan tentang syarat-syarat kalimat telah dibicarakan bagaimana mencari predikat suatu pernyataan. Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk mencari subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa, misalanya pada kalimat berikut.
(41)   Rennel belajar.
Kita tahu bahwa (41) itu kalimat karena verba belajar berfungsi sebagai predikat. Untuk mencari subjek kalimat itu, kita dapat mencari jawaban atas pertanyaan siapa yang belajar. Jawaban dari informasi kalimat (41) adalah Rennel. Oleh karena itu, subjek kalimat (41) itu adalah Rennel. Demikian juga kalimat (42) berikut. Dengan mencari jawaban atas pertanyaan siapa yang telah dikawinkan, kita dapat menemukan subjek kalimat ini.
(42)   Renni telah dikawinkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.
Jika subjek kalimat bukan berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya apa. Misalnya, pada kalimat (43) berikut, apa yang telah maju dengan pesat? Jawabannya ialah perusahaan itu.
(43)   Perusahaan itu telah maju dengan pesat.
Subjek kalimat berikut dapat ditemukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa yang ditemukan? Jawabannya ialah lima kantong heroin.
(44)   Di dalam koper orang itu telah ditemukan lima kantong heroin.
Jika kita perhatikan kalimat (44) itu, ternyata subjek tidak selalu mendahului predikat; terutama dalam kalimat pasif, kebanyakan subjek terdapat sesudah predikat. Dalam bahasa surat pada alinea pembuka dan penutup biasanya terdapat susunan kalimat pasif seperti (44) itu. Pada alinea pembuka biasanya terdapat kalimat.
(45)   Kami beritahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (45) itu ialah kami beri tahukan (jika pelaku orang ketiga tunggal bentuk verba pasif menjadi diberi tahukan).
Oleh karena itu, pertanyaan untuk menemukan subjek ialah apa yang kami beri tahukan. Jawabannya ialah bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini. Jadi, subjek kalimat (45) itu bukan kami, melainkan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini (berupa anak kalimat). Berbeda halnya jika dikatakan (45a) berikut.
(45a) Kami memberitahukan bahwa kuliah semester ganjil akan berakhir bulan ini.
Predikat kalimat (45a) adalah memberitahukan. Subjek kalimat (45a) itu adalah jawaban atas pertanyaan siapa yang memberitahukan, yakni kami. Demikian juga, pada alinea penutup surat sering kita temukan kalimat seperti (46) ini.
(46)   Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Predikat kalimat (46) itu adalah kami ucapkan. Apa yang kami ucapkan? Jawabnya adalah terima kasih. Oleh karena itu, subjek kalimat (46) itu ialah terima kasih dan atas perhatian Saudara merupakan keterangan. Jadi, subjek kalimat (46) itu bukan kami. Kami menjadi subjek dalam pernyataan seperti itu jika strukturnya diubah menjadi kalimat aktif sebagai berikut.
(46a) Atas perhatian Saudara, kami mengucapkan terima kasih.
Siapa yang mengucapkan terima kasih? Jawabnya adalah kami. Jadi, subjek kalimat (46a) ialah kami, sedangkan terima kasih merupakan objek.
f.        Berlingkungan sempit dibandingkan dengan lingkungan lain
(47)     Mawar bunga.
(48)     Kancil binatang.
g.      Didahului kata bahwa
Di dalam kalimat pasif, kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Misalnya:
(49) Bahwa dia tidak bersalah // telah dibuktikan.
(50) Bahwa masalah itu rumit // telah dibayangkan sebelumnya.
Kebanyakan bentuk pasif menempatkan subjek di belakang predikat. Kita lebih sering menemukan struktur kalimat berikut daripada struktur (49, 50) di atas (unsur yang diawali bahwa adalah subjek).
(49a) Telah dibuktikan // bahwa dia tidak bersalah.
(50a) Telah dibayangkan sebelumnya // bahwa masalah itu rumit.
(51)   Saya beritahukan // bahwa pada hari ini saya tidak dapat datang.
(52) Dari hasil penyelidikan itu // terbukti // bahwa dia terlibat kasus penyelundupan.
(53) Pada bagian pendahuluan // telah disinggung // bahwa pemasyarakatan hukum merupakan pokok pembahasan ini.
Di samping sebagai penanda subjek (yang berupa anak kalimat) dalam kalimat pasif, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang berpredikat adalah, merupakan, atau ialah.
(54) Bahwa skripsi ini memiliki kelemahan // adalah tanggung jawab saya.
(55) Bahwa percobaan ini gagal // merupakan resiko saya.
(56) Bahwa awan tebal itu berarak // ialah pertanda akan turun hujan.
h.      Sering mengandung kata sandang yang dan nya sebagai pembentuk kata benda
(57)     Yang pandai mau mengelak.
(58)     Tingginya lima puluh meter.
i.        Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tak bersubjek.
(59)   Dari hasil percobaan itu membuktikan bahwa panas matahari dapat dijadikan sumber energi.
Untuk memeriksa apakah kalimat (59) itu gramatikal, pertama kita cari unsur predikat kalimat itu, yaitu membuktikan. Setelah itu, kita dapat mencari subjek, misalnya dengan menanyakan apa yang membuktikan atau siapa yang membuktikan ? Dari kalimat (59) itu tidak terdapat informasi mengenai pelaku yang membuktikan bahwa panas matahari dapat dijadikan sumber energi. Dengan kata lain, kalimat (59) itu tidak memiliki subjek. Jika yang membuktikan itu adalah hasil percobaan itu, subjek kalimat (59) adalah hasil percobaan itu. Pemakaian kata dari membuat hasil percobaan itu tidak dapat berfungsi sebagai subjek, tetapi berfungsi sebagai keterangan tempat (asal). Bandingkan kalimat (59a) ini dengan (59).
(59a) Hasil percobaan itu // membuktikan // bahwa panas matahari dapat dijadikan sumber energi.
(59) Dari hasil percobaan itu // membuktikan // bahwa panas matahari dapat dijadikan sumber energi.
Demikian juga pemakaian kata dalam pada contoh berikut.
(60)   Dalam sidang kasus penyelundupan itu // telah memutuskan // hukuman lima tahun penjara bagi terdakwa.
Unsur di depan predikat telah memutuskan, yaitu dalam sidang kasus penyelundupan itu bukan subjek kalimat (60) itu melainkan keterangan tempat yang ditandai oleh preposisi dalam. Unsur itu dapat menjadi subjek kalimat (60) jika preposisi dalam ditiadakan.
(60a) Sidang kasus penyelundupan itu // telah memutuskan // hukuman lima tahun penjara bagi terdakwa.
Pada kalimat berikut juga tidak terdapat subjek karena unsur yang dapat menjadi subjek diawali oleh preposisi di. Unsur yang diawali preposisi di itu merupakan keterangan tempat.
(61)   Saat ini di Indonesia // sedang meningkatkan // ekspor nonmigas.
Dengan meniadakan preposisi di, kalimat (61) itu menjadi bersubjek, yaitu Indonesia.
(61a) Saat ini // Indonesia // sedang meningkatkan // ekspor nonmigas.
Unsur kalimat yang diawali kata pada juga tidak berfungsi sebagai subjek tetapi berfungsi sebagai keterangan, seperti tampak pada kalimat berikut.
(62) Pada tabel di atas // menunjukkan // bahwa peningkatan jumlah penduduk mencapai lima persen per tahun.
Jika preposisi pada ditiadakan, unsur kalimat tabel di atas menjadi subjek kalimat (62) itu.
(62a) Tabel di atas // menunjukkan // bahwa peningkatan jumlah penduduk mencapai lima persen per tahun.
Pada pengumuman-pengumuman atau dalam pertemuan-pertemuan sering ditemukan kalimat-kalimat berikut.
(63) Kepada mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah harap segera menghubungi bagian pendidikan.
(64) Kepada Bapak Dekan kami persilakan memberikan sambutan.
Kedua kalimat itu tak bersubjek. Jika subjek kalimat (63) itu adalah mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah, preposisi kepada tak ada fungsinya. Demikian juga kalimat (64), jika yang dipersilakan itu Bapak Dekan, hal itu berarti bahwa subjek kalimat (64) adalah bapak Dekan. Oleh karena itu, preposisi kepada dalam dua kalimat itu ditiadakan supaya kedua kalimat itu bersubjek. Preposisi kepada dipakai secara benar sebagai penanda keterangan, seperti tampak pada contoh berikut.
(65) Kepada mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah // diberikan // kesempatan menemui Kepala Bagian Pendidikan.
(66) Kepada Bapak Dekan // kami ucapkan // terima kasih.
Di samping preposisi dari, di, dalam, pada, dan kepada, kata dengan, untuk, dan bagi tidak berada di depan subjek.
(67) Dengan kemenangan regu Indonesia // membuktikan // bahwa bintang-bintang bulutangkis berada di negeri kata.
(68) Untuk pengobatan penyakit menular // harus mendapatkan // prioritas utama.
(69) Bagi mahasiswa baru // harap segera mendaftarkan diri // di Sekretariat.
Ketiga kalimat itu tidak bersubjek karena unsur di depan predikat itu adalah keterangan. Unsur itu dapat menjadi subjek jika kata dengan (67) dan untuk (68) serta bagi (69) ditiadakan.
(67a) Kemenangan regu Indonesia // membuktikan // bahwa bintang-bintang bulu tangkis berada di negeri kita.
(68a) Pengobatan penyakit menular // harus mendapatkan // prioritas utama.
(69a) Mahasiswa baru // harap segera mendaftarkan // diri // di Sekretariat.
j.        Dapat menjadi objek dalam kalimat pasif
(70) Andi mencintai Ira. (aktif)
         S
(70a) Ira dicintai Ardi. (pasif)
                             O
k.       Mempunyai keterangan pewatas yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas. Dalam bahasa Indonesia amat mudah menempatkan pewatas kata yang menjadi subjek suatu kalimat.
(71)   Mobil yang merah hati // akan dijual murah.
(72) Tim bulu tangkis yang mengalami kekalahan tipis itu // tampak kecewa sekali.
(73)   Anak yang berbaju kumal itu // menangis dari tadi.
Pada contoh (72) tanpa kata itu pewatas (yang tercetak miring) telah takrif, dalam hal itu, kata itu dapat ditiadakan. Jadi, kalimat (72) dapat dinyatakan seperti di bawah ini.
(72a) Tim bulu tangkis yang mengalami kekalahan tipis tampak kecewa sekali.
Sebaliknya, contoh (73) tanpa kata penghubung yang selama masih ada kata penunjuk itu, tetap takrif.
(73a) Anak berbaju kumal itu menangis dari tadi.
Contoh (71) kebalikan dari contoh (72) karena pada kalimat (71) itu dapat ditempatkan kata penunjuk itu.
(71a) Mobil yang merah hati itu akan dijual murah.
Karena yang sudah membuat nomina mobil itu takrif, kata penunjuk itu tidak muncul pada kalimat (71). Tampaknya, pada contoh (71 dan 72) kata penghubung yang lebih dominan untuk menandai ketakrifan subjek daripada kata penunjuk itu. Sebaliknya, pada contoh (73) kata penunjuk itu lebih dominan untuk menandai ketakrifan nomina yang menjadi subjek daripada kata penghubung yang, seperti halnya kalimat (74) ini.
(74)   Orang memakai kacamata itu // guru saya.
(74a) Orang yang memakai kacamata itu // guru saya.
Memang kadang-kadang yang tidak dipakai sebagai penanda perluasan nomina subjek. Contoh berikut memperlihatkan hal itu.
(75)   Dosen baru itu berasal dari Malang.
Kata baru merupakan pewatas nomina dosen. Namun, tidak digunakan penghubung yang di antara kedua kata itu karena kedua kata yang membentuk sebuah satuan itu telah disertai kata penunjuk itu. Dengan demikian, satuan dosen  baru itu dalam kalimat (75) telah takrif.

II. PREDIKAT
Predikat adalah unsur kalimat yang berfungsi menjelaskan subjek. Predikat memiliki fungsi yang sangat penting. Ketidakhadiran predikat, dapat menyebabkan tidak jelasnya makna suatu kalimat. Oleh karena itu, kehadiran predikat dalam suatu kalimat, mutlak diperlukan. Hal ini berbeda dengan subjek, yang dalam kalimat-kalimat tertentu, ketidakhadirannya itu bisa ditoleransi. Berikut beberapa ciri predikat kalimat bahasa Indonesia:
a. Menjadi jawaban pertanyaan mengapa, bagaimana, kenapa, dan diapakan
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat itu. Dalam kalimat (76) menyusun merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa Sulistyono dan (77) baik-baik merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana Andriani.
(76)   Sulistyono menyusun skripsi.
(77)   Andriani baik-baik.
Dengan demikian, predikat kalimat (76) adalah menyusun dan predikat kalimat (77) adalah baik-baik. Jawaban atas pertanyaan bagaimana Candi Borobudur dan mengapa badan organisasi PBB dalam kalimat berikut diperoleh informasi bahwa (78) dipugar merupakan jawaban pertanyaan pertama dan (79) memberi merupakan jawaban atas pertanyaan kedua.
(78) Candi Borobudur telah dipugar untuk mempertahankan kejayaan budaya masa lampau.
(79) Badan organisasi PBB memberi bantuan pemugaran itu.
Pada keempat kalimat tersebut, predikat terletak sesudah subjek, sedangkan pada contoh berikut predikat mendahului subjek.
(80) Sungguh mengagumkan hamparan bunga-bunga tulip di Belanda.
(81) Sejak beberapa waktu yang lalu telah diperdebatkan masalah kehadiran bom neutron.
Bagaimana keindahan bunga-bunga tulip? Jawabannya ialah sungguh. Jadi, predikat kalimat (80) adalah sungguh mengagumkan. Dan predikat kalimat (81) ialah telah diperdebatkan karena kenyataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana masalah kehadiran bom neutron. Dari beberapa contoh tersebut, tampak bahwa pertanyaan mengapa digunakan untuk mencari predikat yang berupa suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan subjek (lihat contoh 76 dan 79), sedangkan pertanyaan bagaimana digunakan untuk mencari predikat yang merupakan suatu keadaan tentang subjek (lihat 77, 80), termasuk predikat verba pasif (lihat 78, 81) menyatakan keadaan tentang subjek. Selain itu, pertanyaan apa juga dapat digunakan untuk menemukan predikat yang berupa batasan atau definisi. Dalam kalimat berikut terdapat predikat yang dimaksud itu.
(82) Xantat ialah bahan kimia yang digunakan sebagai kolektor pada proses flotasi mineral sulfida.
(83) Semiotika ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
Apa xantat itu? Jawabnya ialah bahan kimia yang digunakan sebagai kolektor pada proses flotasi mineral sulfida. Jadi, predikat kalimat (82) adalah jawaban itu. Pada kalimat (83), jawaban pertanyaan apa semiotika ialah ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
Di samping itu, pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi), contoh (84 - 85), atau deskripsi (86 - 87).
(84)   Ariani wartawan majalah wanita.
(85)   Retno mahasiswa fakultas hokum.
Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa (84) Ariani, dan (85) Retno? Jawaban masing-masing ialah (84) wartawan majalah wanita dan (85) mahasiswa fakultas hukum. Jawaban-jawaban itulah yang merupakan predikat.
Kata Tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frase bernumeralia seperti yang ditunjukkan dalam contoh berikut.
(86)   Bilangan terendah satu.
(87)   Jumlah mahasiswa tingkat satu seribu orang.
Berapa bilangan terendah? dan berapa jumlah mahasiswa tingkat satu? Jawab (86) ialah satu dan jawab (87) ialah seribu orang.
Jadi, predikat kalimat (86) ialah satu dan predikat kalimat (87) ialah seribu orang. Dan pertanyaan di mana dan dari mana dapat digunakan untuk menemukan predikat yang berupa frase berpreposisi.
(88)   Beberapa mahasiswa di luar kelas.
(89)   Petinju itu dari daerah Maluku.
Di mana beberapa mahasiswa? Jawabnya ialah di luar kelas. Jadi, predikat (88) itu ialah di luar kelas, sedangkan kalimat (89) berpredikat dari daerah Maluku karena unsur itu merupakan jawaban atas pertanyaan dari mana petinju itu?

b. Bertugas menjelaskan subjek
(90)     Lari pagi menyenangkan.
                        P

c. Disertai kata adalah, ialah, atau merupakan
Unsur kalimat yang didahului kata adalah, ialah, atau merupakan adalah predikat. Predikat yang tergolong ini adalah predikat yang berupa nominal atau frase nominal, yaitu predikat dalam kalimat yang lazim disebut kalimat nominal. Penanda predikat itu dipakai terutama jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan predikat tidak jelas, seperti contoh (91) berikut.
(91) Jumlah pelamar lulusan SMU yang akan diterima sebagai calon pegawai negeri di lingkungan Departemen Keuangan adalah seribu seratus orang.  
Namun, jika subjek kalimat berupa unsur yang pendek, dan batas antara unsur subjek dan predikat begitu jelas, penanda predikat (adalah, ialah, atau merupakan) itu dapat tidak dipakai; artinya kalimat seperti contoh (83 - 87) dapat dinyatakan dengan atau tanpa kata adalah, ialah, atau merupakan (bandingkan kedua bentuk ini).
(83)   Semiotika ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
(83a) Semiotika ialah ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda.
(84)     Ariani wartawan majalah wanita.
(84a) Ariani adalah wartawan majalah wanita.
(85)     Retno mahasiswa fakultas hukum.
(85a) Retno adalah mahasiswa fakultas hukum.
(86a) Satu bilangan terendah.
(86b) Satu merupakan bilangan terendah.
(87)   Jumlah mahasiswa tingkat satu seribu orang.
(87a) Jumlah mahasiswa tingkat satu adalah seribu orang.
Penanda predikat (adalah) seperti contoh (91) wajib dipakai, tetapi pada contoh seperti (83 - 87) itu tidak wajib dipakai; bahkan ada kecenderungan tidak dipakai.
d. Dapat diingkarkan
Predikat, bahasa Indonesia, mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini dipakai untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Verba yang disertai kata tidak inilah predikat kalimat berikut.
(92)     Margaret Thatcer tidak melupakan tugas rumah tangganya.
(93)     Di Universitas al Azhar tidak dikenal system pendidikan massal.
(94)     Universitas Kent yang terletak di kota Canterbury tidak termasuk universitas tua seperti Universitas Oxford.
Predikat kalimat (92) ialah tidak melupakan, kalimat (93) tidak dikenal, kalimat (94) tidak termasuk. Predikat kalimat tersebut berupa verba. Dalam contoh berikut predikat berupa adjektiva.
(95)     Sudah beberapa tahun Pisa di Italia itu tidak tegak lagi.
(96)     Sebenarnya regu piala Thomas RRC tidak terlalu kuat.
Predikat kedua kalimat tersebut adalah (95) tidak tegak lagi dan (96) tidak terlalu kuat. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina.
(97)     Universitas Leiden bukan universitas muda melainkan telah ratusan tahun usianya.
(98)     Pengolahan sinar matahari bukan merupakan satu-satunya sumber energi kita.
(99)     Menara Eiffel adalah bukan petunjuk zaman keemasan di Paris saja.
Jika diperhatikan, ketiga kalimat di atas masing-masing mempunyai ciri yang berbeda. Pada kalimat (97) tidak terdapat penanda predikat adalah, ialah, ataupun merupakan. Pengingkaran bukan terletak di depan nomina predikat, dan pada (98) pengingkaran bukan terletak di depan penanda predikat merupakan, sedangkan pada (99) pengingkaran bukan terletak sesudah penanda predikat adalah.
e. Dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, belum akan, dan sedang. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
(100)       Kemenangan kesebelasan Argentina sudah diramal para penggemar sepak bola.
(101)       Desa-desa kecil sekarang telah maju dengan pesat.
Kata (100) sudah dan (101) telah itu dapat diganti dengan kata-kata belum, akan, atau sedang. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
(102)       Semua peserta ingin memperoleh kemenangan.
(103)       Dia mau dijadikan pembantu rumah tangga.
Kata ingin dan mau yang terletak di depan verba itu merupakan penanda predikat suatu kalimat. Di samping subjek bernyawa, ada pula subjek tak bernyawa yang memiliki predikat berciri modalitas ingin, hendak, atau mau itu. Dalam hal itu penutur beranggapan bahwa nomina tak bernyawa itu bertindak sebagai nomina bernyawa. Di dalam dunia sastra hal itu biasa dilakukan, yang dikenal dengan nama metafor, seperti contoh di bawah ini.
(104)       Pohon-pohon itu ingin dibiarkan berdiri di pinggir-pinggir pantai.
(105)       Wahai angin hendak kaubawa ke manakah bahteraku ini.
Kata (104) pohon-pohon adalah nomina tak bernyawa. Sama halnya kata (105) angin termasuk nomina tak bernyawa. Kedua kata itu diperlakukan sebagai nomina bernyawa, seperti manusia yang mempunyai kehendak.
Predikat yang ditandai oleh kata-kata aspek (sudah, sedang, akan, belum) atau kata-kata ingin, hendak, mau itu hanyalah predikat yang berupa verba atau adjektiva. Predikat yang berupa nomina, jika mendapat kata-kata aspek atau modalitas itu, perlu ditambahkan dengan kata menjadi (atau dijadikan).
(106)       Dia pedagang besar di negara ini.

                      sudah
(106a) Dia     telah      menjadi pedagang besar di negeri ini.
                      akan
                      belum

Tidak dapat dikatakan:
(106b) *Dia belum pedagang besar di negeri ini.
Demikian juga, kedua kalimat berikut memperjelas hal itu.
(107)       Dia ingin menjadi ahli hukum.
(108)       Renny hendak dijadikan sekretaris.
Kedua kalimat itu tidak dapat dikatakan:
(107a) *Dia ingin ahli hukum.
(108a) *Renny hendak sekretaris.
f. Unsur pengisi predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa 1) kata, misalnya verba, adjektiva, nomina atau 2) frase, misalnya frase verbal, adjektival, nominal, frase bernumeralia (bilangan), dan frase berpreposisi. Kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verbal dalam istilah tradisional dikenal pula dengan sebutan kalimat verbal, sedangkan kalimat yang predikatnya bukan verba atau frase verbal disebut kalimat nominal. Berikut beberapa contoh kalimat dengan bermacam-macam unsur pengisi predikat.
Ø   Predikat verba
(109)       Lumba-lumba // melahirkan // anak.
(110)       Anak-anak itu // bermain // sepanjang hari.
Ø   Predikat frase verbal
(111)       Alam // dapat diolah // manusia.
(112)       Burung beo // dapat berbicara.
Ø   Predikat nomina
(113)       Mereka // penyanyi.
(114)       Biawak itu // binatang.
Ø   Predikat frase nominal
(115)       Fanny // mahasiswa fakultas hukum.
(116)       R.A. Kartini // tokoh emansipasi Indonesia.
(117)       Insektisida // adalah bahan yang digunakan untuk membunuh serangga.
Ø   Predikat adjektiva
(118)       Karangan itu // bagus.
(119)       Adi // pandai.
Ø   Predikat frase adjectival
(120)       Soal ujian ini // sulit sekali.
(121)       Hamparan bunga tulip // amat indah.
Ø   Predikat numeralia
(122)       Bilangan ganjil terkecil // satu.
(123)       Nilai batas lulus // enam.
Ø   Predikat frase bernumeralia
(124)       Saudara saya // dua orang.
(125)       Harga mobil itu // lima juta rupiah.
Ø   Predikat frase berpreposisi
(126)       John Smith // dari Amerika Serikat.
(127)       Menlu // di Bali.
(128)       Presiden AS // ke Pulau Dewata.
g. Peran predikat
Predikat suatu kalimat mengungkapakan 1) pernyataan (berita), 2) perintah, atau perorangan, atau 3) pertanyaan. Menurut kaidah ejaan, kalimat yang menyatakan pernyataan ditandai dengan titik (.) sebagai terminal akhir, sedangkan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!), dan kalimat pertanyaan diakhiri dengan tanda tanya (?). Kalimat yang mengandung predikat pernyataan disebut kalimat pernyataan (atau kalimat berita), kalimat yang mengandung predikat perintah dinamakan perintah, dan kalimat yang mengandung predikat pertanyaan dinamakan kalimat pertanyaan.
& Pernyataan
Semua tipe predikat (apakah predikat yang berupa verba atau frase verba, nomina atau frase nominal, adjektiva atau frase adjectival, numeralia atau bernumeralia, atau frase berpreposisi) dapat menyatakan pernyataan. Menurut kaidah ejaan, kalimat pernyataan ini diakhiri tanda titik (.). Berikut contoh yang dapat menunjukkn hal itu.
ü  Pernyataan predikat verba atau frase verbal
(129)       Prof. Dr. Sartono // menulis // buku sejarah.
(130)       Puisi Shakespeare // banyak dibaca orang.
(131)       Putra Mahkota Kerajaan Inggris // berbulan madu di kapal.
ü  Pernyataan predikat nomina atau frase nominal
(132)       Thomas Alfa Edison // anak seorang pedagang kecil keturunan Belanda.
(133)       Pelatihnya // orang Brazil.
(134)       Mereka // petani.
ü  Pernyataan predikat adjektival atau frase adjektival
(135)       Pelukis itu // sudah tua.
(136)       Lukisannya // bagus.
(137)       Baik sekali // dia.
ü  Pernyataan predikat numeralia atau frase bernumeralia
(138)       Nilaimu // seratus.
(139)       Uang kuliah // satu juta rupiah.
(140)       Sumbangan wajib fakultas // sepuluh persen dari jumlah uang kuliah.
ü  Pernyataan predikat frase berpreposisi
(141)       Jimmy Carter // dari keluarga petani kacang tanah.
(142)       Jean Henri Dunant // dari Swis.
(143)       Satu dari tujuh keajaiban dunia // di daratan Cina.
& Perintah
Kebanyakan predikat yang menyatakan perintah berupa verba atau frase verbal dan biasanya tidak disertai subjek. Dengan kata lain, semua verba dapat menyatakan perintah. Salah satu ciri verba perintah ini tidak berawalan. Kalimat perintah jika ditulis diakhiri dengan tanda seru (!).
(144)       Tembak!
(145)       Catat semua keterangan saksi!
(146)       Dengarkan baik-baik!
Di samping verba dasar seperti itu, verba turunan dapat menyatakan perintah. Dalam hal ini pun awalan me (N )- yang menyatakan aktif ditanggalkan.
(147)       Perbaiki mobil itu!
(148)       Bersatu!
(149)       Bukukan kisah itu!
Selain itu, predikat yang menyatakan perintah ditandai pula oleh partikel –lah. Perintah yang menggunakan partikel ini terasa lebih tegas, seperti tampak pada contoh berikut.
(150)       Bacalah al-Quran!
(151)       Tuntutlah ilmu!
(152)       Berdoalah!
Di dalam kenyataan sering bentuk perintah itu diperhalus sehingga menjadi ajakan, permintaan, atau larangan. Jenis ini biasanya didahului kata seperti mari, mohon, silakan, jangan, atau harap.  
(153)       Silakan menempati kursi depan!
(154)       Mari duduk sebentar!
(155)       Mohon tidak merokok!
Perintah yang menggunakan kata-kata seperti itu sering mengambil bentuk pasif. Hal ini pun untuk memperhalus bahasa. Contoh berikut memperlihatkan hal itu.
(156)       Mohon dibicarakan dulu!
(157)       Jangan dibiarkan!
(158)       Harap dibahas pada Bab X!
& Pertanyaan
Semua tipe predikat (apakah predikat yang berupa verba atau frase verbal, nomina atau frase nominal, adjektival atau frase adjektival, numeralia atau frase bernumeralia, atau frase berpreposisi) dapat menyatakan pertanyaan. Dalam bentuk lisan pertanyaan ini dinyatakan dengan intonasi naik jika tidak didahului oleh kata tanya. Jika ditulis, kalimat pertanyaan ini diakhiri oleh tanda tanya (?).
(159)       Merokok?
(160)       Akan dibiarkan dulu?
(161)       Gadis itu cantik?
(162)       Dia musisi besar?
(163)       Nilainya seratus?
(164)       Mereka di Jakarta?
Kalimat yang berpredikat pernyataan dapat dijadikan predikat pertanyaan tanpa mengubah struktur, hanya mengubah intonasinya, seperti (159 - 164) atau contoh berikut.
(165)       Dia pergi ke Jerman?
(166)       Dia pergi ke Jerman?
Selain itu, predikat yang menyatakan pertanyaan juga ditandai oleh partikael -kah. Unsur yang disertai –kah inilah yang menjadi fokus pertanyaan.
(167)       Dia membacakah? (Tidak, dia menulis.)
(168)       Diakah yang membaca surat ini? (Bukan, adik saya yang membacanya.)
(169)       Dia membaca bukukah? (Tidak, dia membaca majalah.)
Predikat yang menyatakan pertanyaan dapat pula didahului kata tanya, seperti apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, di mana. Kalimat tanya jenis ini, jika dilisankan, intonasinya tidak naik, bahkan turun.
(170)       Apakah Asrul Sani tokoh angkatan 45?
(171)       Siapakah sutrada terbaik FFI tahun lalu?
(172)       Bagaimana komentar artis tiga zaman?
(173)       Di mana FFI pertama diadakan?
(174)       Kapan Usmar Ismail memulai karirnya? 
Predikat-predikat yang menyatakan pertanyaan itu, selain ditandai oleh unsur seperti       –kah atau kata tanya, ditandai oleh intonasi. Ciri ini terasa lebih menonjol dalam bahasa lisan. Pola intonasi kalimat tanya (selain yang ditandai oleh unsur secara bentuk -kah atau kata tanya) menarik.

III. OBJEK
Istilah objek sebenarnya tidak terlalu tepat karena istilah itu hanya untuk kalimat aktif, sedangkan pada kalimat pasif istilah itu tidak dipakai. Dengan kata lain, objek hanya terdapat pada kalimat aktif intransitif, yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, yaitu subjek, predikat, dan objek. Objek adalah nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa. (Kridalaksana, 1984: 134). Berikut ciri-ciri objek, yaitu:
a. Kategori katanya nomina
(175)       Ario membeli buku.
(176)       Anan melipat kertas.
b. Berada langsung di belakang verba transitif
Sebagaimana dibicarakan di atas, objek terdapat dalam struktur kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif hanya ada dua pilihan urutan, yaitu 1) urutan dasar (palaing umum dipakai): subjek-predikat-objek dan 2) urutan variasi: predikat-objek-subjek. Dari kedua pola urutan itu, terlihat bahwa objek tidak mempunyai kebebasan tempat, selalu menempati posisi di belakang predikat baik pada urutan dasar maupun variasi. Contoh berikut akan memperjelas hal itu.
(177)       George Brizet // memenangi // Grand Prix de Rome.
(178)       Dia // menciptakan // sejumlah opera.
(177a)  Memenangi // Grand Prix de Rome // George Brizet.
(178a)  Menciptakan // sejumlah opera // dia.
Kedua kalimat pertama (177-178) mempunyai urutan S-P-O; sedangkan kedua kalimat terakhir (177a-178a) mempunyai urutan P-O-S. Kalimat seperti (177) itu tidak dapat dikatakan:
(177b) *Grand Prix de Rome // George Brizet // memenangi.
(177c) *Grand Prix de Rome // memenangi // George Brizet.
(177d) *Memenangi // George Brizet // Grand Prix de Rome.
Demikian juga, kalimat (178) tidak dapat dikatakan:
(178b) *Sejumlah opera // dia // menciptakan.
(178c) *Sejumlah opera // menciptakan // dia.
(178d) *Menciptakan // dia // sejumlah opera.
Jadi, jelaslah bahwa objek hanya memiliki tempat di belakang verba transitif.
c. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif, sebagaimana dibicarakan di atas, dapat menjadi subjek dalam kalimata. Walaupun objek itu telah menjadi subjek, perannya tetap sebagai sasaran. Contoh berikut menunjukkan perubahan unsur objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif.
(179)       Pemuda-pemuda Indonesia // dapat menciptakan // teknologi canggih.
(180)       Mereka // menemukan // pesut // di Sungai Mahakam.
(181)       Saya // sudah melihat // pesut itu.
Ketiga kalimat itu dapat dijadikan pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
(179a) Teknologi canggih // dapat diciptakan // (oleh) pemuda-pemuda.
(180a) Pesut itu // ditemukan // mereka // di Sungai Mahakam.
(181a) Pesut itu // sudah saya lihat.
Unsur teknologi canggih yang menjadi objek kalimat aktif (179) menjadi subjek kalimat pasif (179a); unsur pesut dalam kalimat aktif (180) dan (181) menjadi subjek dalam kalimat pasif (180a-181a). Meskipun unsur (179a) teknologi canggih serta (180a-181a) pesut itu menjadi subjek kalimat-kalimat pasif itu, kedua unsur itu tetap sebagai sasaran, bukan sebagai pelaku seperti (179) pemuda-pemuda Indonesia, (180) mereka, dan (181) saya dalam kalimat aktif.
Perubahan verba yang terjadi ialah (179) menciptakan (aktif) menjadi (179a) diciptakan (pasif), (180) menemukan (aktif) menjadi (180a) ditemukan (pasif), dan (181) melihat (aktif) menjadi saya lihat (pasif). Jadi, unsur objek hanya terdapat dalam kalimat aktif yang transitif, sedangkan dalam kalimat pasif tidak ada objek dan dalam kalimat intransitif juga tidak ada objek.
d. Tidak didahului preposisi   
Objek yang selalu menempati posisi  di belakang predikat tidak dapat didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. Kalimat berikut memperlihatkan hal itu.
(182)       Bur Rusuanto // menulis // sajak, cerpen, dan novel.
(183)       Ia // menceritakan // dalam novelnya Tuyet // penderitaan gadis Vietnam pada zaman perang Vietnam.
(184)       Panglima Sudirman // tidak mau menyerah // kepada musuh.
Pada kalimat (182) di antara menulis dan sajak, cerpen, dan novel tidak dapat disisipkan preposisi seperti pada atau dalam. Jika preposisi itu dipakai, unsur di belakang preposisi itu, sajak, cerpen, dan novel, tidak lagi berfungsi sebagai objek, melainkan berfungsi sebagai keterangan seperti tampak di bawah ini.
(182a) Bur Rusuanto // menulis // dalam sajak , cerpen, dan novel.
Dilihat dari segi pengertian, terasa bahwa kalimat itu masih memerlukan kelengkapan informasi, yaitu informasi tentang apa yang ditulis. Misalnya, Bur Rusuanto menulis tentang riwayat hidupnya, maka kalimat (182a) itu akan dikatakan.
(182a) Bur Rusuanto // menulis // riwayat hidupnya // dalam sajak, cerpen, dan novel.
Demikian juga, unsur dalam novelnya Tuyet pada kalimat (183) bukan objek karena ada preposisi dalam. Objek kalimat itu ialah penderitaan gadis Vietnam pada zaman perang Vietnam. Susunan yang dasar kalimat itu ialah:
(183a) Ia // menceritakan // penderitaan gadis Vietnam pada zaman perang Vietnam // dalam novelnya Tuyet.
Pada contoh (184) di atas musuh bukan objek karena unsur itu didahului oleh preposisi kepada. Unsur itu menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada sehingga kepada musuh merupakan frase berpreposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Jika preposisi kepada ditiadakan dan verba menyerah dijadikan transitif menyerahkan, kalimat tersebut menjadi kalimat transitif dan musuh sebagai objeknya. Misalnya:
(184a) Panglima Sudirman // tidak mau menyerahkan // musuh.
Kedua kalimat berikut juga memperlihatkan dengan jelas bahwa unsur yang didahului oleh preposisi bukan objek.      
(185)       Pada zaman dahulu // orang // makan // dengan tangan.
(185a)  Pada zaman dahulu // orang // makan // tangan.
Pada (185) tangan merupakan alat yang digunakan ketika orang makan, sedangkan pada (185a) tangan merupakan objek (sasaran) yang dimakan orang. Berbeda halnya dengan kata bahwa di dalam kalimat seperti di bawah ini. Kata bahwa menjadi penghubung yang berfungsi menominalkan objek yang berupa kalimat.
(186)    Pejabat itu // mengatakan // bahwa OPEC tidak dapat menurunkan produksi minyak.
Pernyataan mulai dari bahwa sampai akhir kalimat itu adalah objek. Sebenarnya objek itu berupa kalimat, yaitu:
(186a) OPEC // tidak dapat menurunkan // produksi minyak.
e. Dapat diganti dengan nya
(187)Andika mencintai Cindi.
      (187a) Andika mencintainya.
Menurut Natasasmita (1986: 107), objek terbagi menjadi:
ü  Objek langsung atau objek penderita
Contoh: (188) Elok menginjak tikus.
ü  Objek tidak langsung atau objek penyerta
Contoh: (189) Andi membeli mangga untuk bibi.
ü  Objek pelaku
Contoh: (190) Rumah dibangun oleh Fathur.
ü  Objek berkata depan atau objek berpreposisi
Contoh: (191) Mereka membicarakan tentang proyek baru.

IV. KETERANGAN
Keterangan adalah unsur yang fungsinya menerangkan seluruh fungsi yang ada dalam suatu kalimat. Berbeda dengan fungsi-fungsi lainnya, kehadiran fungsi keterangan dalam suatu kalimat, bersifat manasuka. Ketidakhadiran fungsi tersebut tidak akan mengganggu struktur dan keseluruhanmakna kalimat. Ciri-ciri fungsi keterangan selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Umumnya di dahului oleh kata depan, seperti di, dari, ke, ketika, tentang
b. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat (atau objek dalam kalimat transitif), keterangan merupakan unsur tambahan (periferal), yang kehadirannya dalam struktur dasar tidak bersifat wajib. Jika dalam sebuah kalimat tidak ada unsur keterangan, kalimat itu masih tetap gramatikal (benar) asalkan syarat utama terpenuhi, yairu adanya unsur subjek, predikat, (dan objek).
(192)       Sekarang // manusia telah dapat menciptakan teknologi canggih.
(193)    Di Amerika Serikat // para ahli angkasa telah menciptakan pesawat ruang angkasa.
(194)    Dengan komputer // pesawat itu dapat dipantau // dari bumi.
Unsur (192) sekarang, (193) di Amerika Serikat, (194) dengan komputer dan dari bumi merupakan keterangan. Jika unsur keterangan itu ditiadakan, kalimat-kalimat itu masih gramatikal, seperti terlihat di bawah ini.
(192a) Manusia // telah dapat menciptakan // teknologi canggih.
(193a) Para ahli angkasa // telah menciptakan // pesawat ruang angkasa.
(194a) Pesawat itu // dapat dipantau.
Namun, dalam struktur seperti (195) berikut unsur keterangan tidak dapat ditiadakan.
(195)    Ani bertempat tinggal di Margahayu.
(195a) Ani bertempat tinggal
c. Tidak terikat posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau di akhir kalimat, di antara subjek dan predikat, dapat juga menempati posisi di antara predikat dan objek, seperti terlihat pada contoh berikut.
(192)  Sekarang // manusia telah dapat menciptakan teknologi canggih.
(192b) Manusia telah dapat menciptakan teknologi canggih // sekarang.
(192c) Manusia // sekarang // telah dapat menciptakan teknologi canggih.
(192d) Manusia telah dapat menciptakan // sekarang // teknologi canggih.
Penempatan sekarang pada posisi awal (192), akhir (192b), dan di antara subjek dan predikat (192c) banyak dijumpai dalam pemakaian bahasa. Sementara itu, penempatan keterangan di antara predikat dan objek (192d) memang kurang biasa sehingga terasa agak janggal. Padahal, secara gramatikal posisi itu benar. Dalam contoh berikut keterangan yang terletak di antara predikat dan objek tidak terasa janggal.
(196)    Pejabat itu mengatakan, // ketika berada di Bali, // bahwa peluncuran Palapa B2 tetap akan dilaksanakan oleh Amerika Serikat.
(197)    Dia menjawab, // dengan sangat hati-hati, // semua pertanyaan wartawan.
(198)    Seorang wartawan mengajukan, // di depan pejabat, // pertanyaan mengenai kemungkinan penundaan peluncuran Palapa B2. 
Jenis-jenis keterangan:
-  Keterangan Waktu
Keterangan waktu memberikan informasi mengenai saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi oleh berbagai macam bentuk, yakni: kata tunggal, frase nominal, dan frase preposisional.
Kata Tunggal
Kata Nominal
Kata Preposisional
Kemarin
sekarang
besok
lusa
tadi
nanti
sebentar
kemarin dulu
tidak lama kemudian
beberapa hari yang lalu
sesaat setelah ayah pergi
selama masa kuliah
dari pagi hingga petang
sampai besok malam
pada hari Jumat
sesudah dia tertidur
ketika hujan turun
sejak kakeknya tiada

Contoh:
(199)       Kemarin paman datang dari Jakarta.
(200)       Tadi pagi dia menanyakan lagi soal itu.
(201)       Dari pagi hingga petang kami menunggunya di pembaringan.
(202)       Sampai besok malam listrik di desa kami akan mengalami pemadaman.
(203)       Kami tidak lagi tinggal di rumah itu sejak kakek tiada.
Z  Keterangan Tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Keterangan tempat selalu didahului oleh kata depan: di, ke, dari, sampai, dan pada. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut!
di sana
di atas meja praktik
di rumah sakit
di Indonesia
dari situ
dari atas
dari kelas
dari dalam karung
dari luar negeri
ke dokter
ke luar rumah
ke Jakarta
sampai jalan raya
sampai ruang tunggu

Contoh:
(204)       Di sana telah terjadi tabrakan beruntun.
(205)       Bukunya ditaruh di atas meja praktik.
(206)       Di Indonesia korupsi sudah menjadi hal yang biasa.
(207)       Batu itu jatuh dari atas genting.
(208)       Si Manis keluar dari dalam karung.
(209)       Ayah akan mengantarkan Ibu sampai jalan raya.
-  Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan tujuan atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frase preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk, dan buat.
Contoh:
(210)       Kami bersedia berkorban demi kepentingan negara.
(211)       Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.
(212)       Guna menurunkan inflasi, kita perlu mengencangkan ikat pinggang.
(213)       Untuk kesehatan ayah, saya rela tidak memakan obat itu.
(214)       Puisi ini kutulis buat orang yang kucintai.
-  Keterangan Cara
Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan cara terjadinya suatu peristiwa. Keterangan cara ada yang didahului kata depan ada pula yang tidak. Perhatikan contoh-contohnya dalam tabel di bawah ini!
Berkata Depan
Tidak Berkata Depan
Dengan tegas
dengan benar
secara jelas
secara baik
secara bergotong-royong
tanpa kemauan
selalu
biasanya
secepat-cepatnya
terang-terangan
sehalus mungkin
sedikit demi sedikit

Contoh:
(215)       Dengan tegas ia menolak suap itu.
(216)       Secara bergotong royong penduduk Desa Sukajaya menyelesaikan jembatan ini.
(217)       Berkatalah pada ibumu dengan sehalus mungkin.
(218)       Ani menghabiskan kue adiknya sedikit demi sedikit.
-  Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan ada atau tidak adanya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Semua keterangan penyerta dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama dengan kata atau frase tertentu. Kata atau frase yang berdiri di belakang preposisi itu, harus merupakan benda yang bernyawa atau dianggap bernyawa.
Contoh:
(219)       Dia merumuskan konsep itu dengan para pembantunya.
(220)       Pak Handi berangkat ke Mekah tanpa istrinya.
(221)       Pasukan itu menyerbu kota bersama rakyat
-  Keterangan Alat
Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada atau tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Keterangan alat selalu didahului oleh kata depan dengan atau tanpa.
Contoh:
(222)       Adik sedang menggambar ular dengan spidol berwarna.
(223)       Kakak pergi ke sekolah dengan sepeda.
(224)       Tanpa uang sesenpun, dia mendirikan perusahaan itu.
(225)       Kita sulit mengerjakan PR ini tanpa petunjuk pak guru.
-  Keterangan Similatif
Keterangan similatif adalah keterangan yang menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan dengan keadaan, kejadian, atau perbuatan yang lain.
Contoh:
(226)       Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang.
(227)       Apakah selamanya kita akan hidup sebagai objek sejarah?
(228)       Berpikirlah seperti orang dewasa.
-  Keterangan Penyebaban
Keterangan penyebaban adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian, ataupun perbuatan. Wujud keterangan ini selalu berupa frase dengan preposisi karena atau sebab.
Contoh:
(229)       Banyak pemimpin dunia jatuh sebab moralnya yang rendah.
(230)       Gajinya kurang terus karena inflasi.
(231)       Karena kejadian itu ia tidak mau datang lagi ke kampung kita.
(232)       Karena kelakuan anaknya, orang itu menjadi melarat.
-  Keterangan Kesalingan
Keterangan kesalingan adalah keterangan yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dilakukan secara silih berganti. Keterangan ini ditandai oleh frase satu sama lain.
(233)       Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.
(234)       Ketua dan sekretaris organisasi itu membenci satu sama lain.          
-  Keterangan Akibat
Keterangan akibat adalah keterangan yang menyatakan akibat dari dilakukannya suatu perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan ini biasanya ditandai frase sampai lelah, dan hingga selesai. Contoh:
(235)    Ika membersihkan halaman sampai lelah.
-  Keterangan Jumlah
Keterangan jumlah adalah keterangan yang menyatakan banyaknya jumlah sesuatu benda atau hal. Contoh:
(236)    Pak Eko menjual ayamnya lima ekor.
-  Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, nomina subjek atau objek. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau ditempatkan di dalam kurung, seperti tampak pada contoh berikut.
(237)       Dosen saya, Bu Anita, terpilih sebagai dosen teladan.
(238)       Ketua koperasi kita—Didi Hariyadi—akan mengundurkan diri.
(239)       Lena (anak  sulung Pak Haryanto) diterima di fakultas hukum.  
-  Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Berikut dikemukakan beberapa contoh.
(240)    Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
(241)    Olahraga bulu tangkis, misalnya, pernah mencapai puncak gemilang.
-  Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya subjek (242), predikat (243), objek (244), atau keterangan (245). Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Misalnya:
(245)       Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
(245)       Mereka adalah petani cengkeh yang mampu membiayai anak-anaknya di perguruan tinggi.
(245)       Kita harus menolong orang yang mendapat kesusahan.
(245)       Dia menjadi orang tua asuh bagi anak yang tidak mampu sekolah.
 SUMBER (Daftar Pustaka):
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Kosasih, Dr.E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrama Widya.
Kusno, B.S. 1985. Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV Rosda.
Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Sudaryanto. 1994. Predikat Objek dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Djambatan.
Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Demikian ciri SPOK lengkap beserta contoh-contohnya. Semoga bermanfaat ya:-) Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog kami ya dan jadi pengikut setia kami. Thanks 4 atensinya..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS