Struktur Cerpen dan Contoh Cerpen - Cerpen adalah salah satu jenis prosa baru yang mengisahkan peristiwa yang dialami seorang tokoh pada suatu waktu dan diceritakan secara singkat oleh penulis.
1. Abstrak
Abstrak adalah inti cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi beberapa rangkaian kejadian atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak ini bersifat opsional (boleh ada atau tidak) atau dalam artian bahwa setiap cerpen dapat tidak menggunakan abstrak tersebut.
2. Orientasi
Pada bagian ini mulai diperkenalkan tempat, suasana, dan waktu yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut. Bagian orientasi juga menjelaskan tentang hubungan antar tokoh dan pengaturan adegan yang berbeda.
3. Komplikasi
Bagian komplikasi berisi rangkaian kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Dalam bagian ini karakter ataupun watak asli para tokoh cerita pendek tersebut mulai tampak, hal ini dikarenakan konflik mulai terjadi.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah struktur dari konflik-konflik yang terjadi dalam cerita dan mengarah pada tahapan klimaks atau masalah yang terjadi mencapai puncaknya.
5. Resolusi.
Dalam bagian ini penulis cerita mulai mengungkapkan jalan keluar atau solusi atas permasalahan yang dialami tokoh dalam cerpen tersebut.
6. Koda
Bagian ini berisi hikmah yang terkandung dalam cerita. Koda juga merupakan nilai atau pelajaran berharga yang bisa didapat pembaca dalam cerpen tersebut. Koda mirip amanat yang bisa dipetik oleh pembaca setelah membaca teks cerpen. Koda tidak selalu ada pada setiap teks cerpen karena ada beberapa karya yang bersifat tidak ingin menggurui dan ingin pembaca yang menyimpulkan sendiri pesan dan amanat yang ada dalam cerpen itu.
Perhatikan contoh cerita pendek berikut ini!
Mendadak Contekan
Oleh: Dina Youri
Wajah Bobi tampak memerah menahan malu ketika kertas ulangannya dirampas oleh Pak Tikno. Semua itu terjadi bukan tanpa alasan. Pak Tikno memergoki Bobi dan Joni sedang contekan di kelas. Berbeda dengan Bobi, senyum Joni malah makin lebar ketika Pak Tikno menjewer kedua telinganya. Maklumlah, Joni memang sudah terlalu sering mencontek di kelas itu. Ia tak pernah jera mengulangi perbuatannya meski bermacam-macam hukuman kerap dijalaninya.
“Huh...dasar tukang nyontek, nggak kapok-kapoknya dihukum. Udah kelas enam SD masih aja contekan.” ujar Aan, ketua kelas yang super disiplin itu.
“Iya, nggak tau malu, rasain kena hukuman lagi.” balas Tono, teman sebangku Aan.
“Tapi Ton.., tumben banget si Bobi mencontek, padahal ia kan jawaranya kelas ini? Aku saja tak pernah bisa menyamai nilai-nilainya. Padahal aku sudah susah payah belajar. Tiap minggu aku juga ikut bimbel. Tapi hasilnya gak ada. Sebal banget aku jadinya.” keluh Aan.
Iya juga sih...memang aneh banget si Bobi. Pintar kok nyontek, nggak malu apa?! ujar Tono mendukung pendapat Aan.
Bel sekolah pun berbunyi. Jam istirahat dimulai. Bobi harus menghadap Pak Tikno di ruang guru untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tadi. Sesampainya di ruang guru, ia duduk menghadap Pak Tikno. Wajahnya tertunduk. Matanya mulai berkaca-kaca. Tangannya gemetar dan menjadi dingin.
Pak Tikno mulai memeriksa kertas ulangan milik Bobi. Beliau menarik napas panjang. Sesekali menggeleng-gelengkan kepala. “Bobi...Bobi...contekan kok jawabannya banyak yang ngawur gini! Padahal ini kan soal pilihan ganda semua. Memangnya kamu tidak belajar kemarin? tanya Pak Tikno tegas.
“A...aanu..maaf pak, maafkan saya. Saya sudah belajar, tapi cuma sebentar. Tadi malam saya ketiduran.“ jawab Bobi.
“Kok bisa, Bob? Hmm..saya jadi heran, lagi pula tidak biasanya kamu melakukan kecurangan ketika ulangan. Ataukah kamu lupa kalau hari ini ada ulangan sehingga tidak sempat belajar?” ujar Pak Tikno penasaran.
“Ti..tidak..pak. Saya selalu ingat jadwal pelajaran, apalagi jadwal ulangan.” tambah Bobi.
“Trus.., apa yang mendorongmu untuk contekan tadi? Bapak benar-benar kecewa sekali. Kamu adalah siswa unggulan di sekolah ini. Sudah empat semester ini kamu selalu meraih peringkat pertama. Kamu adalah contoh buat teman-temanmu.” Ujar Pak Tikno mengingatkan.
Bobi menjawab dengan nada menyesal. “Iya..saya mengerti, pak. Maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Sebenarnya sudah beberapa hari ini waktu belajar saya berkurang. Badan jadi mudah capek. Hal itu terjadi karena saya tidak pernah langsung pulang ke rumah ketika jam pelajaran usai.”
” Lantas, ke mana saja kamu? Kenapa tidak langsung pulang?! ujar Pak Tikno dengan nada tinggi.
“Maaf, Pak. Sepulang sekolah saya mampir ke rumah Joni. Di sana saya membantu Joni mengepak tempe yang sudah siap jual. Lalu sore harinya saya menemaninya berjualan tempe keliling kampung.“ jawab Bobi.
“Trus, apa orang tuamu tahu tentang hal ini? Tidakkah perbuatanmu itu malah mengganggu pelajaranmu?! Kalau orang tuamu tahu, mereka pasti melarangmu. Karena berjualan akan mengganggu kegiatan belajarmu. Apalagi kamu masih terlalu kecil untuk melakukannya. Tugasmu hanyalah belajar dan sekolah. Kamu mengerti kan, Bob?! terang Pak Tikno.
Sejenak suasana menjadi hening dan sunyi. Mulut Bobi terasa terkunci. Lidahnya kelu. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Tidak terasa air matanya menetes ke celah-celah baju seragam batiknya. Sesekali ia mengusap air matanya yang makin tumpah ruah itu. Untuk kedua kalinya Pak Tikno menghela napas panjang, beliau mengusap rambut Bobi dan berusaha menenangkannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di ruang guru itu. Tok...tok..tok... Ternyata dari balik pintu muncullah Joni dengan wajah sedikit malu dan penuh penyesalan.
“Maaf... permisi, Pak! Bolehkah saya berterus terang, Pak. Saya akan menceritakan kejadian yang sebenarnya.” pinta Joni kepada Pak Tikno.
Meski agak sedikit bingung, Pak Tikno akhirnya mengijinkan Joni berbicara. Joni mulai menjelaskan, “Sebenarnya Bobi tidak bersalah pak. Saya yang salah. Kemarin saya kecapekan dan tidak sempat belajar Matematika. Jadi, ketika ulangan, jawaban saya banyak yang salah. Melihat hal itu, lima menit kemudian tiba-tiba Bobi merebut kertas ulangan saya. Kemudian ia menghapus nama saya dan menggantinya dengan menuliskan namanya pada kertas ulangan saya. Sebaliknya, kertas ulangan milik Bobi sudah berubah nama menjadi nama saya, Joni.”
“Maksudmu...Bobi sengaja menukar kertas ulangannya denganmu?” tanya Pak Tikno.
Iya, Pak. Bobi melakukannya demi menolong saya, agar nilai ulangan saya bagus sehingga nilai rapor saya memuaskan. Maafkan kami, kami berdua memang salah pak. Tapi, jujur saja saja Bobi sudah banyak membantu saya belajar selama ini. Nilai saya juga naik sedikit demi sedikit. Bobi baik dan pintar. Saya senang bersahabat dengannya.” jawab Joni.
Pak Tikno berpikir sejenak. Tak berapa lama kepalanya mengangguk-angguk. Beliau tersenyum, seraya berpesan kepada Bobi dan Joni, “Bob, bapak bangga kepadamu, kamu masih peduli terhadap masalah Joni, meski caramu kurang tepat tadi, karena itu jangan mengulanginya lagi. Terus ajari dan bantu Joni belajar. Dan kamu Joni, lebih giatlah belajar. Moga kalian berdua lulus SD tahun ini dengan nilai yang memuaskan.” Pak Tikno lalu memeluk kedua siswanya tersebut dengan penuh kasih sayang dan rasa haru.
***
Demikian penjelasan struktur cepen dan contohnya dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat, mohon maaf kalau masih ada kekurangannya. Jangan lupa ikuti terus materi-materi pada blog ini dan jadi follower setia kami. Thanks 4 atensinya.